Sabtu, 04 April 2009

Membentuk rasa percaya pada anak


Menurut Erik Erikson (1968), tahun pertama kehidupan bayi ditandai dengan tahap perkembangan rasa percaya dan tidak percaya, bayi menuntut lingkungannya untuk aman secara fisik dan hal-hal yang menyakitkan. Kepercayaan pada masa bayi dapat memunculkan pemikiran bahwa dunia adalah tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. Bayi akan mempelajari rasa percaya jika mereka diasuh dengan cara yang konsisten dan hangat.

Contonya, jika bayi pada saat lapar tidak diberi makan dengan baik dan diberikan suasana hangat yang konsisten, maka bayi akan cenderung berkembang dengan rasa tidak percaya. Inilah hal yang perlu orangtua perhatikan dalam masa tahap perkembangan awal bayi mereka.

Bayi yang memiliki rasa percaya cenderung untuk memiliki rasa aman secara sosial maupun lingkunganya dan memiliki rasa percaya diri mengekplorasi lingkungan yang baru. Begitu juga sebaliknya, bayi yang tidak mempunyai rasa percaya cenderung untuk tidak memiliki harapan-harapan positif.

Rasa percaya ternyata tidak hanya muncul pada tahun pertama kelahiran saja tetapi juga muncul pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Seperti, anak yang memasuki sekolah dengan rasa tidak percaya akan dapat mempercayai guru tertentu yang lebih banyak meluangkan waktunya untuk membuat dirinya sebagai orang yang dapat dipercayai. Begitu juga dengan anak yang memiliki rasa percaya akan berubah jika pada tahap perkembangan selanjutnya terjadi sesuatu kejadian seperti orangtuanya bercerai akibat konflik yang berkepanjangan.

Ada sebuah contoh kasus. Seorang laki-laki berusia 4 tahun sedang dirawat oleh psikologi klinis karena orangtua angkatnya mengembalikanya ke panti asuhan setelah diasuh selama 6 bulan. Anak ini dingin, tidak mempunyai rasa sayang, suka mencuri benda-benda dan tidak dapat dipercayai. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan, kira-kira setelah setahun kelahiranya (hasil pekawinan tidak sah), ia dirawat berpindah-pindah oleh panti asuhan.

Pada awalnya ia mencoba untuk membangun hubungan dengan orang-orang di panti asuhan, tetapi hal ini tidak dapat berkembang karena terlalu sering dipindahkan dari panti ke panti. Pada akhirnya, ia berhenti untuk menjangkau orang lain karena perpisahan yang tidak terelakkan itu sangat menyakitkan.

Seperti anak yang terluka akibat terkena api, maka ia akan berusaha untuk tidak mendekati bila terdapat nyala api didepanya. Hal ini sama, jika anak mengalami rasa sakit atas hubungan emosional maka selanjutnya ia tidak akan mempercayai siapa pun. Hanya pengasuhan dan kesabaran bertahun-tahun untuk dapat memulihkan rasa tidak percaya si anak.

Oleh karena itu berilah anak anda rasa perlindungan, perhatian, kasih sayang dan kelekatan yang konsisten, terutama pada awal tahun pertama kelahiran agar anak dapat memiliki rasa percaya akan situasi sosial dan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya juga perlu untuk menjaga kepercayaan pada anak agar tetap terbentuk.

7 komentar:

  1. hemm.. mantap cara pengulasan materinya..
    seep.. saya salut bos :D

    BalasHapus
  2. wah banyak artikel tentang anak ya? bagus...
    saya tambah fase perkembangan menurut Freud ya ^^

    http://klikclinickink.wordpress.com/2008/10/10/fase-kehidupan/

    BalasHapus
  3. HALO MAS ALIM. TERIMA KASIH KUNJUNGANNYA. SAYA SUKA TULISAN TENTANG PSIKOLOGI ANAK. BISA DITULIS LEBIH LENGKAP DAN LEBIH BANYAK REFERENSI?

    BalasHapus
  4. OK deh, kunjungan balik terpenuhi.... hehehehe.....

    Spirit Flame

    BalasHapus
  5. Artikel bagus. Kebetulan saya ga konsen di bidang ini sehingga informasi ini penting buat saya.
    Makasih juga atas kunjungan anda ke blog saya. Jangan kapok ya? Berkunjunglah lagi. Insya Allah saya akan terus menyajikan informasi-informasi penting dengan sudut pandang Islami

    BalasHapus
  6. You can't give what you don't have. Bagi saya semuanya seperti cermin saja. Bila anak mendapat limpahan kasih sayang, maka dia akan membalasnya.
    Seorang anak yang berganti-ganti pengasuh berarti secara tidak langsung memaksanya untuk berkali-kali beradaptasi. Padahal karakter tiap pengasuh pasti berbeda-beda. Dan pasti memiliki pola asuh yang berbeda-beda pula. Hal ini akan membuatnya kebingungan.
    Sebagai orang tua hendaknya kita konsisten dalam mendidik anak dan yang tidak kalah penting adalah memberi teladan.

    BalasHapus
  7. wah terima kasih nih infonya dan atas kunjungan ke blog saya juga..artikel ini membantu bnaget apalagi anak saya bru berumur 1 thn juni bsk..thanks a lot...

    BalasHapus